Share and Enjoy it...

Thursday, August 21, 2014

Batasan dan Fungsi Kritik Sastra




Kata kritik berasal dari krinein (bahasa Yunani), yang artinya menghakimi, membanding, atau menimbang. Mengkritik karya sastra sudah dikenal pada tahun 500 sebelum masehi. Kegiatan kritik sastra yang pertama kali dilakukan oleh bangsa Yunani yang bernama Xenophanes dan Heraditus. Mereka mengkritik sebuah karya dari Homerus yang gemar mengisahkan cerita tentang dewa-dewi secara senonoh dan bohong.

Dalam sastra Inggris abad ke-tujuh belas, istilah critic, dipakai untuk menunjukkan orang yang melakukan kritik(kritikus) maupun perbuatan kritik itu sendiri. Namun, pada tahun 1677 seorang penyair bernama John Dryden mencetuskan istilah criticism. Semenjak saat itu, istilah criticism dinilai lebih tepat dari istilah critic.
Di Indonesia, kritik sastra mulai diperkenalkan pada awal abad ke-dua puluh. Kritik sastra sudah ada dalam kehidupan sastra Nusantara dalam arti seluas-luasnya. Kritik tersebut tidak membentuk tulisan dan tidak memiliki aturan yang sistematik. Kritik berlangsung secara lisan oleh masyarakat setelah menyaksikan pertunjukan kesenian.

Berikut menurut para ahli tentang kritik sastra:
-       - H.B. Jassin : pertimbangan baik buruknya suatu hasil karya sastra.
-    -   William Flint Thrall dan Addison Hibbard mengemukan dalam bukunya (A handbook to Literature<1960>) : keterangan, kebenaran analisi atau judgement suatu karya sastra.
-      -  Andre Hardjana dalam bukunya ‘Kritik Sastra: Sebuah Pengantar’ (1981) : hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sisteematik:yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.
-      -  Gayley and Scott(Drs. Liaw Yock Fang, 1970) : mencari kesalahan(fault-finding), memuji(to praise), menilai(to judge), membanding (to compare) dan menikmati(to appreciate)
-      -  L.L. Duroche(1967) : penilaian dan interpretasi.
-       - SKI a.k.a Saarah Kurniawati : memberikan penilaian baik(saran) atau buruk terhadap suatu karya sastra.

Beberapa cara mengklasifikasikan kritik sastra yaitu mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif. Namun, salah satu dikotomi umum kritik ialah aliran Aristotelian versus Platonic. Aristotelian berpendapat kritik bersifat formal, logis, dan yudisial yang cenderung mengemukakan nilai-nilai karya pada diri suatu karya sastra atau hal-hal yang berhubungan dengan karya itu sendiri. Sedangkan, Platonic mengarah kepada pandangan moral dan manfaat suatu karya seni, dimana nilai suatu karya diperoleh pada kegunaan untuk yang lain dan tujuan-tujuan non-seni. Intinya, dikotomi Aristotelian dan Platonic ialah pemisahan intrinsik dan ekstrinsik.

Jenis Kritik Sastra

Kritik sastra dilihat dari segi pendekatan atau metode kritik:
-       Kritik sastra penilaian(Judicial Criticism), kritik sastra yang sifatnya member penilaian baik atau buruk terhadap pengarang dan karyanya.
-       Kritik sastra induktif(Inductive Criticism), kritik yang tidak mau mengakui adanya aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan sebelumnya.

Menurut Abrams;1981, kritik sastra dapat digolongkan menjadi empat jenis:

-       Kritik mimetik(mimetic criticism), kritik yang bertolak pada pandangan bahwaa karya sastra suatu tiruan atau penggambaran dunia dan kehidupan manusia. Contoh karya-karya dari Chairil Anwar dan W.S Rendra.
-      
  Kritik Pragmatik(Pragmatic Criticism), suatu kritik yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra itu dapat memberikan efek kesenangan,estetika, dan pendidikan. Intinya, kritik ini lebih ditunjukan kepada pembaca.
-       
     Kritik Ekspresif, kritik sastra yang menekankan telaah kepada pribadi pengarang dalam mengekspresikan idenya ke wujud sastra(umumnya puisi). Contohnya, karya Supardi Joko.
-    
     Kritik Objektik, kritik yang tidak perlu dilihat dari segi pengarang, pembaca atau dunia sekitarnya. Kritik ini hanya sebagai objek yang berdiri sendiri yang memiliki dunia sendia  atau suatu kajian intrinsik semata.

Kritik sastra bila dilihat dari segi bentuk dibagi menjadi dua:

-       Kritik relatif, suatu bentuk kritik yang mempunyai aturan-aturan yang dijadikan pedoman dalam upaya menguraikan atau menjelaskan tentang hakikat karya sastra.
-       Kritik absolut, kritik sastra yang tidak percaya akan adanya suatu prosedur dan perangkat aturan yang dapat diandalkan untuk dijadikan patokan dalam melakukan kritik.

Ada tiga aspek dalam kritik sastra:

-       Aspek kesejarahan, yang menghasilkan kritik kesejarahan(hsitoris) yaitu kritik yang berorientasi kepada segi-egi kesejarahan yang menyangkut suatu karya sastra.
-       Aspek rekreasi, yang melahirkan kritik rekreatif yaitu kritik yang berhubungan dengan segi-segi artistic yang menonjol pada suatu karya sastra.
-       Aspek kadar artistik, yang menghasilkn kritik penghakiman yang bermakn bahwa kritikus berupay menemukan atau menentukan nilai-nilai kegunaan dan kepentingan, serta nilai-nilai lain yang terdpat dalam suatu karya sastra.

Kedudukan dan Fungsi Kritik Sastra
Beberapa alasan-alasan karya Sutardji, Iwan Simatupang, Rendra dan Putu Wijaya yang muncul belakangan ini dianggap sebagai karya sastra yang membisu sehingga tidak sampai ke pembaca:
-       Perbedaan idiom yang digunakan sulit dipahami,
-       Perbedaan realitas sosial yang diungkapkan,
-       Pembaharuan,
-       Dan pembaca itu sendiri tidak berusaha dalam memahami secara sungguh-sungguh.

Karya sastra maupun karya seni lainnya tidak hanya untuk dimengerti, tetapi lebih dari itu.... harus dinikmati, dihayati, dan diinterpretasikan. Seni dapat dimengerti bila kita tekuni,kita hayati dan akhirnya kita tafsirkan (begitupun dengan C.I.N.T.A) J

Dalam melakukan misi kritiknya, seorang kritikus melakukan empat langkah berikut:
-       -Sikap serba menanya,
-       -Menempatkan diri dalam karya sastra,
-       -Memberikan dasar-dasar penilaian,
-      - Membuka diri terhadap nilai baru yang muncul dari karya yang baru dibaca.

Fungsi melakukan empat langkah tersebut ialah seorang kritikus telah menikmati dan memahami karya itu secara betul.
Seorang kritikus yang bertanggung jawab itu melakukan tiga peran sekaligus yaitu:
-       Menjalankan displin pribadinya sebagai jawaban terhadap karya sastra tertentu.
-       Bertindak sebagai pendidik yang berupaya membina dan mengembangkan kejiwaan suatu masyarakat, dia mengajak dan membimbing pembaca menyelusuri lorong-lorong sastra.
-       Bertindak sebagai penghakim yang bijaksana, yang dapat membangkitkan kesadaran serta menghidupkan suara hati nurani, pembinaan akal budi, ketajaman pikiran, dan kelembutan cita rasa.

Beberapa syarat agar kritik sastra dapat memenuhi dan menjalankan fungsinya secara baik:
-       -Kritikus dengan karyanya harus berupaya membangun dan menaikkan taraf kehidupan sastra,
-       -Melakukan kritik secara objektif tanpa prasangka dan dengan jujur dapat mengatakan yang baik itu baik dan yang kurang itu kurang,
-       -Mampu memperbaiki cara berpikir, cara hidup, cara bekerja para sastrawan sebab hal itu memberi pengaruh terhadap hasil karyanya,
-       -Dapat menyesuaikan diri dengaan lingkup kebudayaan dan tata nilai yang berlaku dan memiliki rasa cinta dan rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap pembinaan kebudayaan dan tata nilai yang benar.
-       -Dapat membimbing pembaca berpikir kritis dan dapat menarikkan kemampuan apreasiasi masyarakat terhadap sastra.


Semi, Atar. 2013. Kritik Sastra. Hlm. 1-23. Bandung: Angkasa Raya.

No comments:

Post a Comment