Share and Enjoy it...

Showing posts with label BahasaIndonesia. Show all posts
Showing posts with label BahasaIndonesia. Show all posts

Sunday, November 23, 2014

Draft Penelitian MKI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bulan ramadhan adalah bulan yang sangat ditunggu oleh umat Islam di seluruh dunia terutama Indonesia sebab dalam bulan tersebut mengandung keberkahan yang melimpah. Setelah melewati bulan ramadhan, umat muslim merayakan hari raya Idul Fitri atau orang Indonesia menyebut dengan hari lebaran. Sebagai negara dengan penganut agama islam terbesar di dunia, Indonesia menjadi negara yang sangat menantikan hari raya idul fitri. Dimana secara agama Islam, Idul fitri dimaknai sebagai hari kemenangan dimana umat Islam telah menjalankan ibadah puasa sebulan penuh. Namun, beberapa hari menjelang hari lebaran terjadi fenomena yang sangat unik. Yaitu tradisi mudik yang dilakukan masyarakat Indonesia. Mudik biasanya dilakukan oleh para perantau dari desa/kampung yang bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta. Para perantau melakukan tradisi mudik karena ingin merayakan hari raya Idul Fitri di kampung halamannya. Tradisi mudik menjadi sangat fenomenal karena dilakukan oleh ribuan orang bahkan jutaan masyarakat Indonesia. Sehingga tradisi ini menjadi sebuah kilas balik dan menjadi tradisi khas di Indonesia. Para perantau rela berdesak – desakan dan bahkan mengeluarkan banyak uang untuk melakukan tradisi mudik. Bahkan ada juga yang rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk dapat mudik kekampung halamannya dengan naik diatas kereta api atau bahkan mengendarai sepeda motor dengan jarak yang jauh. Sedemikian besarnya keinginan masyarakat Indonesia untuk melakukan mudik dan menjadikan tradisi ini begitu fenomenal setiap tahunnya.

Tuesday, October 28, 2014

Manusia dan Kebudayaan Indonesia: KONSTRUKSI & REPRODUKSI KEBUDAYAAN

KONSTRUKSI & REPRODUKSI KEBUDAYAAN

Semboyan “berbeda-beda tetapi satu” (bhineka tunggal ika) merupakan semboyan bangsa Indonesia. Namun kini semboyan itu hanya menyisakan cerita di masa lalu. Dengan beragamnya kebudayaan di Indonesia menyebabkan banyaknya perbedaan pada masing- masing adat. Banyaknya perbedaan di Indonesia seperti berbagai bahasa, agama, ilmu pengetahuan, kekerabatan, sistem ekonomi, sistem sosial dll menyebabkan akibat- akibat buruk. Seperti contoh lepasnya Timor Timur menjadi negara merdeka. Hal itu salah satu contoh yang paling jelas tentang kegagalan cita- cita Indonesia yang merupakan negara bhineka tunggal ika. Selain itu, masih banyak masalah serupa yang dihadapi oleh Indonesia yaitu masalah Riau, Aceh, dan Papua yang menginginkan kemerdekaannya. Hal itu menyebabkan pemerintah melakukan cara dengan menasionalisasikan bangsa Indonesia agar menjadi negara satu kesatuan Indonesia. Namun, dengan sikap berlebihan pemerintah menyebabkan kurang bebasnya suatu adat berekspresi sehingga adat serta kebudayaan tersebut tidak mendapatkan tempat yang pantas. Padahal keanekaragaman budaya yang berada di Indonesia yang sangat banyak itu tetap harus dilestarikan bukan berarti dihilangkan apalagi dilupakan. Hal yang demikian ini juga salah satu kesalahan sejarah dalam pengelolaan keragaman budaya. Jadi, Istilah bhineka tunggal ika tidak hanya menunjukkan adanya suatu tujuan untuk mencapai suatu tatanan masyarakat yang menyatu, tetapi menyembunyikan sikap politik yang sangat tegas untuk menegakkan kesatuan dan persatuan secara total tanpa dapat digugat.

Manajemen Keragaman Budaya di Indonesia
            Konsep “Bangsa yang satu” yang dipopulerkan sejak Soekarno, lalu dipraktikkan lagi pada masa Soeharto melalui politik asas tunggal. Prinsip tersebut menunjukan suatu proses penundukan bagi masyarakat, yaitu hubungan kekuasaan antara negara dan rakyat. Perbedaan-perbedaan, sebagai basis kekuatan sosial, hal itu bukan saja harus dihilangkan tetapi perlu dilawan sebagai suatu kesalahan. Dengan bangsa yang beraneka ragam perlu adanya penataan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) untuk menyamakan persepsi orang maupun kelompok sebagai sebuah bangsa yang satu.
            Keragaman etnis maupun budaya telah dikesampingkan karena dinilai menjadi faktor integrasi dan penghambatan pembangunan, seperti kesulitan berkomunikasi yang dihadapi dalam berbagai proses sosial dan politik. Proses serupa terjadi pada suku-suku lain yang tersebar di berbagai tempat yang dianggap masih terasing, seperti Kubu, Badui, Sakai, dan lain-lain.
            Beberapa kecenderungan dapat ditemukan dalam politik penataan etnis. Bukan hal aneh lagi bahwa etnis mayoritas mendapatkan kebebasan- kebebasan  dalam berbagai bentuk sehingga etnis minoritas mengalami pergeseran. Seperti orang Jawa  telah mendapatkan kebebasan pemerintah dalam program transmigrasi.
Contoh lain dapat ditemukan pada kebijakan yang terkait dengan bahasa, yaitu ketika bahasa nasional diberlakukan maka berbagai bahasa lokal mengalami nasib yang parah. Ragam bahasa tersebut bukan hanya sebagai alat komunikasi, tapi dalam ragam bahasa tersebut terdapat sopan santun dan tata kelakuan yang berbeda- beda. Namun, bahasa yang kaya akan ekspresi budaya tersebut mengalami kemunduran dan sebagian bahasa mulai kehilangan penuturnya karena pengaruh bahasa Indonesia yang begitu kuat.
Penataan keagamaan merupakan contoh lain yang penting untuk memperlihatkan bagaimana visi pemerintah tentang pluralisme budaya. Kuatnya pengaruh agama dalam hal ini telah menghancurkan berbagai jenis kebudayaan daerah. Konflik yang bersumber pada agama ini terjadi pada berbagai tingkat, baik di dalam agama itu sendiri maupun antara satu agama dengan agama lain. Berbagai jenis tarian dari berbagai suku bangsa marginal (terutama Cina) telah dipasung, karena pada jaman Orde Lama semua yang berhubungan dengan Konghucu dilarang keras. Namun pada pemerintahan Abdurahman wahid (Gus Dur) telah dibebaskan bagi warga Cina memeluk agama Konghucu.

Masalah Ruang Politik bagi Keragaman Budaya
            Proses nasionalisasi yang terjadi telah menyebabkan pengabaian terhadap kebudayaan yang beragam. Dengan cara tersebut pemerintah bukan saja gagal menemukan kebudayaan nasional, tapi juga telah melahirkan perlawanan yang besar dari berbagai daerah. Seperti konflik yang terjadi di berbagai tempat sebenarnya merupakan bentuk perlawanan masyarakat terhadap kebijakan pusat. Dari analisis tentang beragamnya etnis, bahasa, agama, dan pranata sosial, maka terdapat tiga proses penting yang telah terjadi di Indonesia.
            Pertama, pelanggaran atas status kebudayaan yang beragam tersebut yang terjadi  sehingga melahirkan berbagai persoalan yang menjauhkan Indonesia dari sifat bhineka tunggal ika. Hal tersebut disebabkan oleh ideologi pembangunan yang mementingan keseragaman yang dianggap akan berlangsung baik.
            Kedua, politik uniformitas yang bertolakbelakang dari keanekaragaman budaya karena penyeragaman terjadi pada skala yang sangat luas dan tingkatan yang bervariasi. Proses standarisasi yang dilakukan dalam kehidupan sosial politik telah melampaui batas- batas toleransi karena hal itu bukan lagi proses penyadaran etnis sebagai bagian dari kesatuan, tapi telah melanggar keberadaan dan identitas kultural etnis. Hal tersebut juga karena pemerintah cnederung menutup ruang bagi kebebasan budaya local untuk berkembang sehingga nyaris punah. Krisis identitas dan keterasingan budaya inilah menimbulkan frustasi mendalam bagi penduduk lokal sehingga dapat berdampak pada pertikaian etnis.
            Ketiga, kegagalan pemerintah dalam menjaga keseimbangan antar- kelompok dalam masyarakat. Dengan adanya perbedaan posisi ekonomi dan politik satu etnis dengan etnis lainnya,  maka muncullah masalah yang melahirkan ketimpangan dalam penguasaan sumber daya. Etnis pendatang seringkali menjadi dominan dalam penguasaan sumber daya  daripada etnis setempat sehingga menyebabkan dominasi suatu etnis. Hal yang demikian akan menjadi dua hal yang berbahaya, yaitu ketika justru agen sosial, Khususnya pemerintah memberikan kebebasan pada kelompok etnis dominan dan kesadaran etnis setempat akan wilayahnya yang mulai dijajah. Hal tersebut tentu akan mengakibatkan kesadaran kelompok dan identitas yang berlebihan  dan mulai memperhitungan batas- batas etnisitasnya. Seperti contoh, penolakan masyarakat Dayak terhadap Madura sebagai usaha mengembalikan cultural boundary pada batas fisik dan geografis yang jelas. Pertikaian tersebut bukan disebabkan oleh perbedaan budaya dua etnis itu, tapi karena suatu system sosial politik yang tidak mampu menjamin keseimbangan kekuasaan ekonomi dan politik antaretnis.
Jadi, dari tiga faktor di atas dijelaskan bahwa konflik- konflik yang selama ini terjadi di Indonesia bukan hanya  persoalan perbedaan budaya etnis saja, tetapi sudah lebih mendalam sebagai kesalahan berbagai pihak dalam mengelola perbedaan dan konflik itu sendiri. Proses tersebut jikalau terjadi berkepanjangan maka akan menyebabkan konflik yang berlarut- larut. Seperi halnya pertikaian etnis di Yugoslavia hingga menghancurkan kesatuan dan akhirnya terpecah- belah pada tahun 1991.

Jalan Panjang Penataan Persatuan dalam Keragaman Budaya
            Seiring berjalannya waktu Indonesia  mengalami perubahan selama setengah abad lamanua yang mana sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh fragmentasi dan kohesi sekaligus. Hal tersebut dapat kita lihat pada kaum Cina yang melakukan ekspansi  dagang atau  pedagang- pedagang Minang yang berkembang di berbagai tempat sehingga mengakibatkan mobilitas sosial. Profesi mempertemukan perbedaan- perbedaan yang memungkinkan kohesi sosial terbentuk. Selain itu, pertemuan etnis bukan hanya terjadi karena kegiatan ekonomi yang sama, melainkan pada terbentuknya permukiman yang berisi anggota dari latar belakang etnis, bahasa, dan agama yang beragam.
Jadi, demi mewujudkan cita- cita persatuan Parsudi Suparlan mengatakan bahwa bhineka tunggal ika itu hanya dapat berlangsung dengan empat syarat, yakni harus didasarkan pada pembentukan masyarakan sipil, adanya demokrasi sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memperlakukan hak satu dengan yang lain secara sama, dan harus ada penegakan hokum  untuk menjamin keteraturan. Namun pada dasarnya syarat- syarat di atas sungguh berat untuk dilaksanakan, karena hal- hal di atas telah mengalami kerusakan yang paling parah di negeri ini. kemungkinan perlu menunggu waktu yang cukup lama untuk  memperbaiki semuanya.

TITIK TEMU KEBUDAYAAN DALAM HUBUNGAN SUKU BANGSA:
MENUJU SUATU KAJIAN RUANG BUDAYA
Konflik sosial antar etnis menjadi suatu fenomena yang terjadi di berbagai tempat dan melibatkan berbagai etnis. Contohnya, konflik terjadi di Kalimantan Barat yang melibatkan etnis Dayak dan Madura, di Medan yang melibatlkan Aceh, Batak dan Minang, di Bali yang melibatkan orang Ras Madura dan Jawa.Perbedaan merupakan fenomena masa lalu tidak hanya mempengaruhi masa kini, tetapi masa lalu secara berkesinambungan dikonstruksikan kembali pada masa kini. Konflik etnis terjadi menegaskan bahwa etnis tidaklah hadir dalam suatu ruang kosong, tetapi hadir dalam suatu pembatasan sosial. Menurut Stanfield, etnis melekat pada kelas, gender, usia, wilayah, dan agama serta sumber daya(ekonomi). Faktor etnis tidak hanya bersinggungan dengan faktor-faktor lain, tetapi cenderung berdekatan satu dengan yang lain sehingga masalah etnisitas melibatkan serangkaian hubungan dengan pembatasan sosial yang berbeda. Fakta lain harus dipertimbangkan adalah keberhasilan setiap etnis untuk hidup berdampingan dengan etnis yang lainm tanpa memungkiri potensi konflik yang ada. Berbagai etnis di Indonesia tersebar dalam wilayah-wilayahnya sendiri-sendiri dengan batas-batas fisik(physical boundary) yang jelas menyebabkan pendefinisian diri lebih terikat pada daerah asal dan memiliki klaim terhadap asal usulnya sebagai “pewaris” tradisi dan wilayah. Dalam batas-batas fisik yang diwariskan setiap suku menjadi tuan rumah yang kesadaran terhadap status akan mempengaruhi tanggapan dari orang lain. Di sisi lain, berbagai etnis di Indonesia tersebar di berbagai tempat dengan batas-batas fisik yang semakin tidak jelas dan mempunyai sejarah masa lalu yang berbeda dengan etnis-etnis yang terlibat dalam interaksi sosial sehari-hari.

Masalah Keanekaragaman Sukubangsa
Keanekaragaman suku bangsa sebagai suatu kondisi dasar dalam masyarakat plural memiliki implikasi sosial yang luas. Berbagai basis akomodasi kultural perlu dianalisis keberadaannya dan efektifitasnya dalam berbagai lingkungan sosial. Usaha yang dapat dimulai adalah dengan cara melihat kembali bagaimana konstruksi sosial dari etnisitas itu sendiri.
            Keberadaan suatu etnis di suatu tempat memiliki sejarahnya secara tersendiri. Etnis pendatang biasanya akan mendapatkan posisi yang relatif lemah. Namun etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang dengan etnis lain pada saat mereka sama-sama berstatus sebagai pendatang dalam lingkungan sosial yang baru. Dalam proses interaksi antar etnis, selain terjadi proses kotekstualisasi dengan cara mengurangi ciri-ciri yang membedakan satu dengan yang lain untuk tujuan integrasi atau pembauran, juga terjadi proses pelestarian dan penegasan perbedaan itu. Ciri-ciri pembeda lebih merupakan alat di dalam eksklusi sosial. Atribut tertentu digunakan untuk menegaskan perbedaan atau untuk pengingkaran sosial (social exclusion) atas suatu kesempatan.
            Antar etnis biasanya memiliki titik pertemuan untuk mempertukarkan nilai agar mencapai kesepakatan. Hal tersebut merupakan wilayah persinggungan yang memungkinkan suatu komunikasi dan keterlibatan sosial berlangsung.

Konstruksi Sosial Budaya kesukubangsaan
            Berbagai etnis tidak lagi berada dalam batas-batas fisik (physical boundaries) karena keberadaan etnis tersebut telah bercampur dengan etnis-etnis lain yang telah saling membagi wilayah. Kesukubangsaan menjadi sesuatu yang ditegaskan dan dipertukarkan dalam serangkaian interaksi. Itu merupakan potensi yang membentuk identitas dan ciri-ciri pembeda satu dengan lainnya, dari warna kulit, postur tubuh, bahasa, cara bicara, persepsi hingga gaya hidup. Faktor di dalam konflik sosial tidak hanya sebagai “ciri pembeda” tetapi sebagai faktor “pemisah”.
            Untuk melihat proses interaksi antaretnis dalam suatu pengaturan sosial tertentu ada tiga hal penting yang dapat diperhatikan.
Pertama, artikulasi keberadaan suatu etnis. Ekspresi etnisitas bagi suatu etnis merupakan keberlanjutan masa lalu yang merupakan bentuk politik emansipatoris dan penegasan autensitas etnis (Appadurai, 1995). Politis emansipatoris merupakan suatu strategi etnis untuk menghadirkan kesukubangsaannya dalam suatu pengaturan sosial yang cenderung menghilangkan batas-batas etnis.
Kedua, dalam suatu ruang publik tertentu berbagai etnis belajar berkomunikasi dengan cara lebih dapat diterima secara umum di suatu sisi, dan setiap etnis pun di lain sisi belajar untuk menerima perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh kelompok lain (Green, 1995). Interaksi semacam ini juga selain akan menghilangkan perbedaan-perbedaan atau terjadinya penerimaan terhadap ciri-ciri yang berbeda, juga akan menghasilkan pengayaan-pengayaan dalam berbagai bentuk. Ciri-ciri yang berbeda dianggap sebagai variasi.
Ketiga, simbol-simbol komunikasi antar etnis yang merupakan kunci dalam proses pembauran. Proses pemaknaan dari simbol dapat berkembang sedemikian rupa sehingga suatu simbol dapat saja dikonsepsikan secara berbeda pada generasi yang berbeda. Makna-makna simnolis diberikan berdasarkan intepretasi. Simnol-simbol belum tentu dapat dimaknai oleh etnis yang lain dan bisa dianggap menyimpang. Suatu simbol memang secara prinsipil memiliki makna acuan yang berbeda sehingga konflik sosial mungkin saja terjadi kemudian disalah artikan. Pemahaman tentang kebudayaan masing-masing etnis sangat diperlukan.
Ketiga aspek tersebut merupakan wilayah cakupan penting dalam menjelaskan proses pembauran yang terjadi dalam lingkungan sosial tertentu. Ciri-ciri sebuah lingkungan menentukan pola komunikasi. Lingkungan sosial memberi pengaruh yang besar untuk membangun komunikasi budaya dalam proses interaksi antaretnis.

Penutup : Menuju Suatu Kajian Komunitas Budaya
            Mengingat kategori keetnisan cenderung bersinggungan dengan kategori status ekonomi sebaiknya mempertimbangkan lokasi pemukiman berdasarkan golongan ekonomi penghuni. Seandainya satu pemukiman tertentu dipilih tanpa perbandingan dengan beberapa lingkungan permukiman maka perbedaan dalam satu pemukiman itu harus diperhatikan, khususnya untuk kelompok atau etnis yang dilihat dari tipe rumah yang ada.
            Untuk mengungkapkan persoalan keanekaragaman tersebut, ada tiga strategi yang perlu dipertimbangan. Pertama, perlu ditemukan titik-titik interaksi antaretnis yang meliputi tempat, kgiatan, dan simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi. Kedua, perlu membagikan sistem pengetahuan mereka tentang berbagai isu yang melibatkan etnis lain. Khususnya untuk menguji apakah ada persamaan konseptualisasi antar orang sehingga interaksi antaretnis dapat dipahami dengan baik. Ketiga, perlu ditemukan bentuk-bentuk kesepakatan tentang bagaimana selama ini komunikasi antaretnis terjadi.

            Ketiga aspek yang dikaji tersebut akan memperjelas pendekatan yang digunakan dalam kajian-kajian tentang kesukubangsaan.

Monday, August 25, 2014

Tugas Bahasa Indonesia 2

1. Dalam ragam ilmiah/formal, faktor kebahasaan apakah yang harus lebih dahulu dilakukan ?
1) ketepatan ucapan,
2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai,
3) pilihan kata (diksi), dan
4) ketepatan sasaran.

2. Beri pendapat anda faktor-faktor non kebahasaan yang mendukung kelancaran pemakaian bahasa Indonesia pada lafal standar !
Sikap Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku,
Pandangan Harus Diarahkan pada Lawan Bicara
 Menghargai Orang Lain
Gestur dan Mimik yang Tepat
Suara yang Nyaring
Kelancaran
Kesesuaian/Penalaran
 Penguasaan Topik
 
3. Jelaskan peranan sikap keterbukaan dalam ragam bahasa lisan !
Ragam Bahasa Lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.

Sunday, July 20, 2014

Hipotesis

Pengertian Hipotesis dalam KBBI adalah sesuatu yg dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat (teori, proposisi, dsb) meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan.
Hipotesis adalah kesimpulan sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang akan di uji oleh data. Hipotesis dirumuskan dari kerangka berpikir.- Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan umum sebagai pernyataan teoritik.
Persyaratan untuk Membuat Hipotesis yang Baik yaitu :
- Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas.
- Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
- Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
- kembali ke karakteristiknya.

Data

Berikut ini adalah pengertian dan definisi data menurut beberapa ahli:


# WEBSTER NEW WORLD DICTIONARY
Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap
# WAHYU SUPRIYANTO & AHMAD MUHSIN
Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya
# ZULKIFFI A. M
Data adalah keterangn atau bukti mengenai suatu kenyataan yang masih mentah, masih berdiri sendiri-sendiri, belum diorganisasikan, dan belum diolah
# NUZULLA AGUSTINA
Data adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang sudah sering terjadi dan berupa himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata, huruf-huruf yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan situasi
# SLAMET RIYADI
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari hasil suatu pengamatan. Data dapat berupa angka atau lambang
# KUSWADI & E. MUTIARA
Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang atau sifat
# LIA KUSWAYATNO
Data adalah kumpulan kejadian/peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Data dapat berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol khusus, atau gabungan dari semuanya.
# ANHAR
Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar sutu informasi
# HAER TALIB
Data adalah sekumpulan fakta dan sebuah fakta adalah kenyataan atau kejadian
# H. J SRIYANTO
Data adalah suatu keterangan atau informasi tentang objek penelitian
Sedangkan Data menurut KBBI adalah keterangan yg benar dan nyata, keterangan atau bahan nyata yg dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).

Bila dilihat dari menurut asal sumbernya, data dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung. Sedangkan data sekunder data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sumber sudah ada.

Tuesday, July 15, 2014

Metode Ilmiah

Metode dalam Kamus besar bahasa Indonesia adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yg ditentukan. Sedangkan kata Ilmiah dalam Kamus besar bahasa Indonesia adalah memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan.
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

Karya Tulis Non-Ilmiah

Karya tulis non-ilmiah (karya non Ilmiah) adalah karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.

Perbedaan Karya tulis non ilmiah dan karya tulis ilmiah:

Karangan Semi Ilmiah

Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah popular, yaitu:

• Ditulis berdasarkan fakta pribadi
• Fakta yang disimpulkan subjektif
• Gaya bahasa formal dan popular
• Mementingkan diri penulis
• Melebih-lebihkan sesuatu
• Usulan-usulan bersifat argumentative, dan
• Bersifat persuasive

Macam-Macam Karya Tulis Semi Ilmiah:

• Artikel, adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan fakta yang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur.
• Editorial atau tajuk rencana adalah opini yang berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan actual, fenomenal, atau controversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.
• Opini,adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi. (Lihat: simbol logis pada Induksi matematika).Opini bukanlah merupakan sebuah fakta akan tetapi jika dikemudian hari dapat dibuktikan atau diverifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta.
• Feuture, adalah tulisan hasil reportase (peliputan) mengenai suatu objek atau peristiwa yang bersifat memberikan informasi, mendidik, menghibur, meyakinkan, serta menggugah simpati atau empati pembaca
• Reportase, adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/ kecenderungan, yang mungkin terjadi pada masa mendatang.

Karya Ilmiah

Karya ilmiah (bahasa Inggris: scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah, laporan praktikum, dan skripsi (tugas akhir). Skripsi umumnya merupakan laporan penelitian berskala kecil, tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu, makalah yang ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis oleh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian.

Tujuan Karya Ilmiah
• Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
• Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
• Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
• Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
• Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.


Penalaran Induktif

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Definisi Penalaran Induktif
---> Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki
konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala.
Induksi pada pengertian tradisional dipisahkan secara rigid dari deduksi untuk menunjuk pada suatu metode saintifik yang berupaya tiba pada konklusi melalui bukti-bukti (evidences) partikular mengenai dunia. Dalam sains, akumulasi bukti-bukti (evidences) bermakna derajat tertentu terhadap sokongan munculnya hipotesis, kalau bukan konklusi.
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir denganbertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yangdiselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Bentuk-bentuk penalaran induktif
Di dalam penalaran induktif terdapat tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan kausal.
A. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya :
• Luna Maya adalah bintang film, dan ia berparas cantik.
• Revalina. S. Temat adalah bintang film, dan ia berparas cantik.
*Generalisasi: Semua bintang film berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang film berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Bella juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
a. Generalisasi sempurna
Generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
b. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomenayang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon. Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna.
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Ø Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
Ø Sampel harus bervariasi.
Ø Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.
B. Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yangmempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
1. Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan
2. Meramalkan kesamaan
3. Menyingkapkan kekeliruan
4. Klasifikasi
Contoh analogi : Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
C. Hubungan Kausal
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
a) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b) Akibat – Sebab.
Bobi tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c) Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Contoh Kausal : Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Tambahan :
*) Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
**) Metode deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
- Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
- Contoh:
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
- Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
- Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
- Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
2. Sampel harus bervariasi.
3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yaitu dimulai dari hal-hal umum, mengarah kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah.

Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.

1. Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)
2. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
3. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)

2. Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
- Semua manusia akan mati
Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
- Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
- Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme.