Share and Enjoy it...

Tuesday, April 28, 2015

Sastra dan Agama

          Agama merupakan kunci sejarah. Kita dapat memahami jiwa suatu masyarakat, bila kita memahami agamanya. Kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaan, kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya. Sepanjang abad, hasil-hasil pertama karya-karya kebudayaan yang kreatif disebabkan karena ilham agama dan diabadikan kepada tujuan-tujuan agama. Misalnya, Candi Borobudur yang megah dibangun karena agama; nyanyian dan tarian-tarian pada awalnya diciptakan untuk ritual. Agamalah yang menjadi ambang pintu bagi segenap kesusastraan agung dunia. Agamalha yang menjadi sumber filsafat yang selalu mengudik kembali kepadaNya.
          Dorongan agamawi terlihat dalam bentuknya yang paling mula-mula dalam bentuk doa-doa dan pujian-pujian kepada Yang Maha Kuasa, yang sering diikuti oleh ritual dengan harapan agar mendapat persetujuan, pertolongan, pengampunan-Nya. Pada tahap kemudian hal itu dinyatakan dalam karya pengabdian, dengan diilhami oleh ajaran-ajaran yang sudah lebih berkembang, dari agama-agama besar di dunia(Islam, Hindu, Budha, Kristen, dll).  Bahkan dalam dunia modern, dorongan agamawi dapat dilihat pada semua pekerjaan yang mencoba persepsi manusia atas penciptaan di mana dia sebagian daripadanya: tujuan dalan penciptaan it, dan sikapnya terhadap penciptaan itu. Contohnya, Waiting For Godot karangan Samuel becket dianggap sebagai salah satu dari drama agamwi terbesar abad ini.
          Agama bagi kebanyakkan bangsa pada berbagai macam tingkat kemasyrakatan merupakan daya penyatu yang sentral dalam pembinaan kebudayaan. Agamalah yang memelihara tradisi nenek moyang, menjaga hokum moral, mendidik tunas muda, dan mengajarkan aneka kebijaksanaan. Tetapi bersamaan dengan fungsinya yang konservatif itu, agama juga bertindak sebagai faktor yang kreatif dan dinamis. Oleh sebab itu, agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham, dan sekaligus pula sering membuat sastra atau karya sastra bermuara kepada agama.
Sumber: Semi, Atar., 1988, Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya.




Sastra Amerika Serikat merujuk pada karya tertulis yang diciptakan di daerah Amerika Serikat maupun Amerika Kolonial dalam bahasa Inggris. Pada awal sejarahnya, Amerika Serikat berawal dari sejumlah koloni Inggris di pesisir timur Amerika Serikat sekarang ini. Oleh karena itu, tradisi sastra di koloni-koloni Britania tersebut juga dimulai sebagai sastra yang berkaitan dengan tradisi sastra Inggris. Perselisihan agama yang mendorong permukiman di Amerika juga menjadi tema tulisan-tulisan tahap awal. Sebuah jurnal yang ditulis oleh John Winthrop, The History of New England, membicarakan landasan religius Koloni Teluk Massachusetts. Edward Winslow menulis buku harian tahun-tahun pertama setelah kedatangan Mayflower. Penulis-penulis lain yang terpengaruh oleh agama, di antaranya Increase Mather dan William Bradford, pengarang jurnal yang diterbitkan dengan judul History of Plymouth Plantation, 1620–47. Pengarang lainnya seperti Roger Williams dan Nathaniel Ward dengan sengit memperdebatkan pemisahan negara dan gereja, sedangkan pengarang lain seperti Thomas Morton hanya sedikit peduli dengan gereja. The New English Canaan karya Morton mencemooh pemukim religius dan menyatakan bahwa penduduk asli Amerika sebagai lebih baik dari orang Inggris.
Puisi puritan bersifat sangat religius, dan salah satu buku puisi tertua yang diterbitkan berjudul Bay Psalm Book, serangkaian terjemahan Kitab Mazmur. Meskipun demikian, maksud penerjemah bukanlah menulis sastra, melainkan menulis himne yang dapat dipakai dalam misa. Penyair penting dari masa itu di antaranya Anne Bradstreet yang menulis puisi pribadi mengenai keluarga dan kehidupan rumah tangga, dan pastor Edward Taylor yang menulis puisi terbaiknya Preparatory Meditations untuk membantunya menyiapkan misa. Puisi laris dari Michael Wigglesworth, The Day of Doom, menggambarkan pengadilan terakhir. Nicholas Noyes juga dikenal dengan puisi doggerel.
Jonathan Edwards dan George Whitefield mewakili bangunan Besar, sebuah kebangunan religius pada awal abad ke-18 yang menegaskan Calvinisme ketat. Penulis religius dan penulis Puritan lainnya termasuk Thomas Hooker, Thomas Shepard, John Wise, dan Samuel Willard. Penulis yang tidak begitu serius di antaranya Samuel Sewall yang menulis sebuah buku harian yang menceritakan kehidupan sehari-hari pada akhir abad ke-17, dan Sarah Kemble Knight.


No comments:

Post a Comment